Dalam konteks ini, kekacauan yang mulai terasa di internal Ducati tercermin dalam pernyataan-pernyataan dari para pihak terkait, termasuk Pecco Bagnaia yang meramalkan dinamika tim dengan kedatangan Marquez. Pertanyaan besar muncul terkait kepemimpinan di dalam tim, di mana Marquez yang memiliki pengalaman dan prestasi lebih tinggi mungkin akan menjadi fokus utama sebagai pembalap utama, menggantikan peran yang sebelumnya dipegang oleh Bagnaia.
Namun, yang tidak kalah menarik adalah dinamika antara Bagnaia dan Valentino Rossi. Bagnaia, yang merupakan murid dari Rossi, sering kali mendapat kunjungan dari “The Doctor” di garasi Ducati Lenovo, meskipun Rossi juga memiliki tim sendiri, Pertamina Enduro VR46. Pertanyaan muncul mengenai bagaimana interaksi di antara mereka berdua di paddock, terutama di seri-seri balapan penting di Italia, di mana Rossi tetap memiliki pengaruh besar.
Persoalan antara Rossi dan Marquez juga tidak bisa diabaikan. Sejak insiden kontroversial di Sepang Clash pada tahun 2015, perseteruan antara keduanya telah menjadi salah satu cerita menarik dalam dunia MotoGP. Meskipun waktu telah berlalu, hubungan mereka masih dipenuhi ketegangan dan rivalitas yang berpotensi mempengaruhi atmosfer di paddock.
Davide Tardozzi, sebagai Manajer Tim Ducati, mencoba untuk meredakan spekulasi dan memastikan bahwa tim tetap fokus pada performa dan pengembangan motor. “Kami mengevaluasi kemampuan pembalap untuk membantu Pecco memenangkan gelar,” ujarnya, menunjukkan bahwa Ducati berkomitmen untuk memaksimalkan potensi timnya.
Meskipun tantangan dan ketegangan yang ada, Tardozzi optimis bahwa Ducati mampu mengelola kedatangan Marquez dan dinamika internal dengan baik. “Prioritas kami adalah menjaga keharmonisan tim saat ini,” katanya, menegaskan bahwa stabilitas dan konsistensi dalam performa tim tetap menjadi fokus utama mereka.
Dengan begitu, Ducati berharap untuk menghadapi masa depan dengan keyakinan, mengatasi semua tantangan internal dan eksternal demi meraih kesuksesan di arena balap MotoGP.