OtoInfo.id-Fakta bila tensi kompetisi di IndoClub Championship musim ini makin tinggi. Drama Wawan Wello Vs Reynaldi Pradana di seri 1 Sentul Kecil (2/2) lalu jadi gambaran bila persaingan di kelas utama makin memanas. Gesekan kedua rider papan atas itu memang jadi salah satu daya tarik penonton pada seri pembuka kala itu. Beruntung, panitia sigap meredam ‘konflik’ keduanya dengan cara mendamaikan kedua belah pihak.

Tapi bagi Rafid Poppy Sugiarto, mantan pebalap nasional era underbone sekaligus mentor, “Hal serupa bisa saja terjadi di seri-seri berikutnya bila tak ada solusi yang tepat. Dalam pandangan saya, harus ada perubahan regulasi misalnya tentang aturan bobot,”ungkapnya. Terpenting lagi kata Poppy ini bagian edukasi pada pembalap,”Rider memang wajib menjaga sportifitas, tapi disaat yang sama penting ada regulasi untuk meminimalisir tindakan unfair,”kata Poppy yang sukses antarkan Arianto Tarzan berprestasi dilevel nasional.
“Dalam kondisi yang tak ‘imbang’, naluri pembalap bisa saja melakukan berbagai macam cara. Itu pula yang terjadi dengan Wello dan Rere di seri 1 lalu, Wello memang diuntungkan dengan bobot yang lebih ringan. Dalam beberapa kali balapan, Wello sangat mendominasi,”lanjut Poppy seraya tegaskan petarung di IndoClub adalah rider pro yang sudah terbiasa dengan aturan bobot.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Anto Fast Tech mekanik yang kawal duet Willy Hammer dan Syahrul Amin,”Perlu dan urgent biar lebih fair. Terlebih level kompetisinya makin meningkat, solusi regulasi bobot lebih tepat. Untuk underbone, rata-rata berat motor setelah dimodif + 55 Kg yakni berat pembalap minimal plus perlengkapan balapnya,”kata Anto Fast Tech yang asli Yogyakarta itu.

Menarik dicermati komentar Wawan Wello,”Ya, tambah aja pemberat. Tapi kalo menurut saya ini bukan event kejurnas, ini hanya event balap motor biasa bukan nasional jadi nggak wajib-lah pakai timbang-timbang. Kalo emang mau pakai timbangan kenapa nggak dari seri 1,”tukas Wello yang saat ini mengaku punya berat badan 41 Kg.

Menaggapi hal ini, Deny Wajonk from D’Motorsport selaku promotor coba tawarkan solusinya,”Kita sudah ada formulanya yang bisa mengantisipasi soal bobot yakni sistem grid start. Race 1 penentuannya dari hasil QTT, dan yang finish 1,2 dan 3 di race 1 akan berubah grid startnya kebelakang seperti pada Superbike,”urai Wajonk-sapaan akrabnya. Jadi? Wawan