Otoinfo – Lexus LFA. Pada tahun 1967, Toyota, pabrikan mobil yang dikenal sebagai “main aman,” menciptakan gebrakan dengan Toyota 2000GT, hasil kolaborasi dengan Yamaha.
Meskipun Toyota terkenal dengan mobil yang dapat diandalkan dan terjangkau, terdapat momen langka di mana mereka menciptakan sesuatu yang benar-benar luar biasa.
Namun, setelah Toyota 2000GT, tampaknya pabrikan ini kembali ke jalurnya yang konvensional dengan model-model seperti Celica, Supra, dan Corolla. Namun, pada tahun 2010, Lexus LFA muncul sebagai bukti bahwa Toyota (dan Lexus) mampu menciptakan sesuatu yang benar-benar berbeda.
LFA, sebuah supercar Jepang, lahir dari pengembangan yang panjang. Meskipun penjualannya tidak sebanding dengan keunggulan desain dan performanya, LFA tetap menjadi bukti bahwa Toyota dan Lexus bisa menciptakan sesuatu yang revolusioner.
Latar belakang keterlambatan Lexus LFA sebagian besar dipengaruhi oleh filosofi budaya Jepang yang disebut Kaizen. Kaizen mewakili semangat terus-menerus untuk maju dan menciptakan yang lebih baik. Budaya ini tertanam kuat dalam budaya kerja Toyota, memotivasi mereka untuk selalu meningkatkan produk mereka.
Kisah Lexus LFA dimulai pada akhir tahun 1990-an, ketika dua pegawai Toyota, Haruhiko Tanahashi dan atasannya Tetsuo Hattori, berdiskusi tentang keinginan Tanahashi untuk membangun mobil luar biasa. Tanahashi memiliki cita-cita untuk menciptakan mobil yang akan menjadi kebanggaan bagi negaranya dan memiliki status legendaris.
Pada awalnya, ide Tanahashi ditentang, tetapi atasannya, Hattori, melihat potensi besar dalam ide tersebut. Sebulan kemudian, Tanahashi diberi tugas untuk mengepalai proyek rahasia bernama P280 dengan misi menggantikan Toyota Supra dengan sportscar yang lebih hebat.
Namun, dalam perjalanan pengembangannya, Tanahashi dihadapkan dengan tantangan berat ketika salah satu atasannya meragukan presentasinya. Tanahashi merasa terhenyak, namun dengan dukungan penuh dari petinggi Toyota, dia melanjutkan perjalanannya.
Pada tahap awal, (Lexus LFA) mobil ini diuji di lintasan pengujian Toyota di Hokkaido, dengan Honda NSX dan Nissan 300ZX sebagai objek perbandingan. Namun, ide Tanahashi ditolak, dan tujuan mobil harus setara dengan Ferrari F40 dengan top speed 320 km/jam dan mesin setidaknya V10.
Tanahashi, didukung oleh petinggi Toyota, membentuk timnya. Meskipun Honda NSX menjadi acuan awal, inspirasi utama akhirnya diambil dari McLaren F1. Hiromu Naruse, mantan pembalap dan legenda Toyota, juga bergabung untuk membantu merealisasikan visi Tanahashi.
Dengan tekad dan semangat Kaizen, tim Toyota berhasil menciptakan Lexus LFA, sebuah supercar Jepang yang terlambat tapi luar biasa. Kesuksesan LFA bukan hanya dalam penjualannya, tetapi dalam membuktikan bahwa Toyota dan Lexus mampu membuat sesuatu yang benar-benar beda saat mereka memutuskan untuk melangkah keluar dari zona nyaman mereka. Otoinfo.