Otoinfo.id

Portal Informasi Otomotif Indonesia

Luca Marini Bongkar Bahaya Suzuka: “Tiap Jatuh, Langsung Tabrak Tembok!”

Luca Marini Bongkar Bahaya Suzuka: “Tiap Jatuh, Langsung Tabrak Tembok!”

Otoinfo.id – Menjelang ajang Suzuka 8 Hours 2025, pembalap MotoGP Luca Marini melontarkan kritik keras terhadap standar keselamatan di sirkuit legendaris Jepang tersebut. Ia menyebut bahwa Suzuka terlalu berbahaya dan tak layak untuk digunakan dalam balapan modern, terutama karena dinding pembatas yang terlalu dekat dengan lintasan.

Marini mengalami kecelakaan serius saat tes pada Mei lalu. Ia menderita sejumlah cedera berat mulai dari pneumotoraks, cedera pinggul, patah tulang dada, hingga ligamen lutut robek. Akibat insiden itu, adik Valentino Rossi tersebut harus absen di tiga seri MotoGP.

“Suzuka Itu Indah Tapi Berbahaya”

Dalam wawancaranya, Marini mengaku awalnya tidak menyadari betapa berbahayanya Suzuka. Namun semuanya berubah setelah ia terjatuh di Tikungan 2 dan menghantam tembok keras.

“Mungkin di setiap tikungan yang saya lewati, saya bisa langsung menabrak tembok,” ujar Marini.
“Itu tidak menyenangkan. Bisa saja berakhir jauh lebih buruk dari ini.”

Ia menyebut bahwa meski sirkuit ini memiliki tata letak menarik, namun standar keselamatannya tidak sejalan dengan apa yang sudah diterapkan di MotoGP saat ini. Dalam dunia MotoGP modern, kerja sama antara Dorna dan Komisi Keselamatan telah menciptakan lintasan yang jauh lebih aman.

Baca Juga:  Jadwal MotoGP Agustus 2025: Marc Marquez dan Ducati Hadapi Ujian Berat di Red Bull Ring & Sirkuit Debutan Hongaria!

Baca Juga: Ducati Sengaja Rekrut Marc Marquez Karena Motor GP25 Dinilai Gagal? Ini Pengakuan Mengejutkan!

Tikungan-Tikungan Mematikan dan Tembok Terlalu Dekat

Salah satu kritik utama Marini adalah minimnya run-off area alias zona aman di Suzuka. Dalam kecelakaannya, ia menyebut hanya ada sekitar 3–4 meter kerikil sebelum dirinya menghantam dinding pembatas dengan kecepatan tinggi.

Baca Juga:  Aprilia Siapkan Pesawat Medis untuk Jorge Martin: Kondisi dan Proses Pemulihan Sang Martinator

“Saya kehilangan kendali di gigi netral dan langsung tergelincir. Setelah itu, saya menghantam dinding. Itu kecelakaan standar, tapi dampaknya sangat besar,” jelasnya.

Hal serupa pernah terjadi sebelumnya. Suzuka sempat kehilangan tempat di kalender MotoGP setelah kecelakaan fatal yang menimpa Daijiro Kato. Tiga tahun lalu, Gino Rea juga mengalami cedera parah di Suzuka 8 Hours.

Budaya atau Keselamatan?

Marini juga menyinggung soal pendekatan budaya Jepang terhadap sirkuit ini. Ia merasa para penyelenggara seakan menolak perubahan, meski tahu bahwa sirkuit ini punya risiko besar bagi pembalap.

“Mungkin mereka ingin tetap seperti itu. Seolah-olah ingin menjadi samurai,” ujarnya menyindir.

Baca Juga:  Wow! Francesco Bagnaia Raih Kemenangan Gemilang di MotoGP Italia 2024! Bagaimana Kisahnya? Temukan Semuanya di Sini!

Baca Juga: Bukan Rossi, Ternyata Dani Pedrosa yang Jadi Panutan Marc Marquez di MotoGP!

Suzuka Tetap Jadi Sirkuit Favorit?

Meski mengkritik soal keselamatan, Marini mengakui bahwa Suzuka punya keunikan tersendiri. Ia menyukai tata letak lama, tikungan-tikungan dengan banking positif, serta panjang sirkuit yang membuat pengalaman membalap jadi lebih menyenangkan.

“Trek ini panjang, punya banyak tikungan, dan terasa menyenangkan untuk dikendarai,” katanya.
“Namun, kalau tidak aman, tidak ada artinya.”Komentar Luca Marini menjadi tamparan keras bagi penyelenggara Suzuka 8 Hours. Dalam era modern balap motor, keselamatan tak bisa ditawar. Meskipun sirkuit legendaris ini penuh sejarah dan tantangan teknis, perubahan jelas dibutuhkan agar tidak lagi menelan korban.

About The Author

Copyright © All rights reserved. | EnterNews by AF themes.