Otoinfo – Dalam beberapa tahun terakhir, perhatian terhadap mobil listrik di Indonesia semakin meningkat. Meskipun demikian, perkembangan ini tidak diimbangi dengan stabilitas harga jual mobil listrik bekas di pasaran. Kini, harga pasaran mobil listrik bekas di Indonesia mengalami penurunan yang signifikan, bahkan lebih rendah dibandingkan dengan mobil bermesin bakar konvensional. Hal ini menimbulkan pertanyaan: apakah mobil listrik bekas masih layak dibeli?
Salah satu faktor yang memengaruhi rendahnya angka pengguna mobil listrik di Indonesia adalah ketersediaan unit bekas yang terbatas. Mobil listrik, meskipun semakin banyak model baru yang diperkenalkan, masih jauh lebih sedikit dibandingkan dengan mobil berbahan bakar bensin atau diesel.
Di antara model yang sudah tersedia di pasaran bekas adalah Hyundai Ioniq dan Hyundai Ioniq 5. Sebagai contoh, harga mobil listrik bekas Hyundai Ioniq keluaran tahun 2021 kini berkisar antara Rp 340 juta hingga Rp 375 juta. Padahal, harga barunya saat diluncurkan mencapai Rp 675 juta hingga Rp 682 juta.
Sementara itu, untuk Hyundai Ioniq 5, harga bekasnya bervariasi antara Rp 570 juta hingga Rp 645 juta, tergantung pada tahun produksinya. Di sisi lain, harga baru Ioniq 5 tipe Signature Long Range pada tahun 2024 mencapai Rp 895 juta, dan varian Batik bisa menembus Rp 900 juta.
Selain itu, terdapat juga unit bekas Hyundai Ioniq 6 dengan harga antara Rp 800 juta hingga Rp 915 juta untuk keluaran tahun 2023. Meskipun harga baru Hyundai Ioniq 6 dijual di atas Rp 1,2 miliar, kenyataannya harga bekasnya mengalami penurunan yang cukup drastis.
Meskipun mengalami depresiasi yang tajam, ini bukan alasan untuk tidak mempertimbangkan pembelian mobil listrik. Dalam jangka panjang, biaya penggunaan mobil listrik terbukti lebih terjangkau dibandingkan dengan mobil berbahan bakar fosil.
Selain biaya pengisian listrik yang lebih rendah, mobil listrik juga memerlukan lebih sedikit perawatan karena lebih sedikit komponen bergerak yang rentan mengalami kerusakan. Fenomena penurunan harga ini bukanlah hal yang unik di Indonesia.
Di pasar Amerika Serikat, misalnya, harga mobil listrik juga menunjukkan tren serupa. Sebuah riset menunjukkan bahwa beberapa model, seperti Mercedes-Benz EQS, mengalami penurunan harga hingga 47,8 persen hanya dalam satu tahun pemakaian. Hal ini sering kali disebabkan oleh biaya baterai yang tinggi, yang menjadi faktor utama dalam depresiasi nilai kendaraan.
Dengan mempertimbangkan semua faktor tersebut, penting bagi calon pembeli untuk melakukan analisis yang matang sebelum memutuskan untuk membeli mobil listrik bekas. Meski harga jualnya mungkin tidak stabil, keuntungan dalam hal biaya operasional dan dampak lingkungan positif tetap menjadi pertimbangan yang menarik.
Meskipun harga mobil listrik bekas mengalami penurunan, ini bukanlah penghalang untuk beralih ke kendaraan elektrik. Sebaliknya, ini bisa menjadi kesempatan bagi mereka yang ingin berinvestasi dalam teknologi yang lebih berkelanjutan. Otoinfo.
More Stories
Sensasi Touring ke Tuntrum Gasblok Kawasan Borubudur, New PCX 160 Tunjukkan Taringnya Bersama Media dan Influencer
Proliner Clutch Spring, Solusi Tarikan Maksimal Tanpa Selip Kopling!
Geely Boyue-Series Mencetak Rekor: Terjual 2 Juta Unit dalam 107 Bulan, Mobil China Terlaris di Dunia!