Otoinfo.id – Segmen kendaraan pikap komersial kini berada di titik rawan. Di tengah turunnya penjualan mobil nasional tahun ini, kendaraan jenis low pick-up justru menjadi salah satu yang paling terdampak. Padahal, kendaraan jenis ini telah lama menjadi tulang punggung penggerak ekonomi rakyat, terutama di sektor perdagangan, logistik, dan UMKM.
Isu ini mencuat dalam diskusi yang berlangsung antara media dan PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) pada ajang GIIAS 2025 di ICE BSD, Banten (30 Juli 2025).
Peran Vital Pikap Komersial dalam Ekonomi Nasional
Menurut Minoru Amano, Presiden Direktur PT SIS, segmen pikap memegang peranan besar dalam kontribusi penjualan mobil nasional dan pembangunan ekonomi. Penurunan pada segmen ini ikut menarik turun angka penjualan mobil secara keseluruhan.
“Kenapa kondisinya turun? Karena pikap adalah salah satu penyumbang terbesar. Kendaraan komersial menyumbang porsi signifikan bagi pembangunan,” tegas Amano.
Pikap Bukan Sekadar Kendaraan, Tapi Alat Produksi Rakyat
Berbeda dengan mobil penumpang yang banyak digunakan untuk gaya hidup, low pick-up seperti Suzuki Carry berfungsi sebagai alat produksi bagi rakyat kecil—pedagang, petani, hingga pelaku UMKM. Saat segmen ini lesu, dampaknya bukan hanya pada pabrikan, tapi juga pada sektor riil yang bergantung pada distribusi barang.
Baca Juga: Hasil Yamaha Cup Race 2025 Bulukumba Hari Pertama: Adu Sengit Panaskan Sirkuit Titik Nol Bira!
Usulan Insentif Pajak untuk Low Pick-Up
Amano menekankan pentingnya restrukturisasi pajak untuk kendaraan komersial, terutama low pick-up berbahan bakar bensin. Harapannya, pemerintah tidak hanya fokus memberi insentif pada kendaraan listrik dan hybrid, namun juga pada kendaraan niaga yang real impact-nya jauh lebih terasa di lapisan bawah masyarakat.
“Pikap berbahan bakar bensin sudah puluhan tahun berkontribusi. Mereka juga layak mendapat dukungan kebijakan,” ucapnya.
Mengapa Butuh Intervensi Pemerintah?
Penurunan penjualan low pick-up bukan hanya soal daya beli, namun juga struktur pajak dan kurangnya dukungan regulasi. Jika dibiarkan, dampaknya bisa berimbas pada penyerapan tenaga kerja dan daya saing pelaku usaha kecil yang bergantung pada moda transportasi murah dan handal ini.
Momentum Kebangkitan Pikap Lokal di Tengah Gejolak Industri Otomotif
GIIAS 2025 sebetulnya menjadi panggung untuk memperkuat komitmen pada kendaraan ramah lingkungan, namun sayangnya, kendaraan komersial seperti pikap justru kurang mendapat sorotan. Padahal dari sisi volume dan fungsi, kontribusi mereka tidak kalah penting.
Suzuki sendiri melalui Carry terus bertahan sebagai market leader di segmen pikap ringan, namun tekanan pasar membuat potensi stagnasi cukup besar jika tidak ada kebijakan afirmatif dari pemerintah.
Baca Juga: Wahyu Nugroho Hadir di Yamaha Cup Race 2025 Bulukumba, Panaskan Persaingan Drag Battle
Saatnya Pemerintah Turun Tangan!
Dengan kontribusi besar terhadap mobilitas ekonomi mikro hingga distribusi barang antar daerah, segmen low pick-up patut diberi perhatian khusus. Penurunan di sektor ini bisa menjadi indikator rapuhnya fondasi ekonomi kerakyatan.
Pemerintah diharapkan segera menyusun strategi restrukturisasi pajak atau insentif agar pikap komersial tetap survive di tengah tantangan zaman. Karena tanpa mereka, ekonomi lokal akan kehilangan salah satu alat tempurnya yang paling efektif.
More Stories
Tim MRT Semarang Siap Menggila di Superdragway! Andalkan BMW Kuning & Estilo Merah di Kelas Neraka
Totalitas Seateam59! Yogi Gresik Tancap Gas di 4 Kelas Superdragway Seri 3
Tak Lagi Muda Tapi Tetap “Ngeyel Balap”! Greco 907TM Tetap Konsisten Gaspol di SDW Final Round”