Otoinfo – Suzuki GSX 2 Silinder, tidak pernah berhenti berinovasi, Suzuki akhirnya merilis sepeda motor dua silinder dalam kelas sport. Pertanyaannya, mengapa Suzuki begitu terlambat dalam merilis sepeda motor dua silinder di kelas sport?
Kawasaki dan Ninja sudah merilis sepeda motor dua silinder di kelas sport sejak 2008, diikuti oleh Yamaha dan Honda beberapa tahun kemudian.
Meskipun Suzuki adalah produsen besar di Indonesia, mengapa Suzuki terlambat dalam merilis sepeda motor dua silinder di kelas sport? Apakah Suzuki masih belum menggunakan dua silinder? Kawasaki sudah merilis sepeda motor berfairing sejak era Ninja 2-stroke.
Yamaha sudah merilis sepeda motor berfairing sejak era R15 gen 1 pada tahun 2008, lalu ada Honda yang merilis sepeda motor berfairing pada tahun 2002 dengan CBR lama, dan Suzuki baru merilis sepeda motor berfairing dengan GSX 150 pada tahun 2016.
Suzuki GSX 2 Silinder di Tengah Persaingan
Namun, Suzuki akhirnya merilis sepeda motor berfairing di kelas 150 cc sekitar tahun 1998, yaitu Suzuki FXR. Ternyata, pasar Indonesia sangat menyukai fairing, sehingga apapun sepeda motornya, kemungkinan besar akan terus terjual. Suzuki memang terlambat dalam memasuki pasar sepeda motor sport 150 cc di Indonesia.
Suzuki juga terlambat dalam merilis sepeda motor kelas 250 cc yang lebih besar. Apalagi, Suzuki memasuki kelas 250 cc menggunakan mesin satu silinder yang disebut Suzuki Gixxer SF250.
Meski ada bukti bahwa Kawasaki baru saja merilis sepeda motor berfairing 250 Mono. Mesin satu silinder ini kurang populer, bahkan terkesan sulit terjual. Tiba-tiba Suzuki merilis sepeda motor satu silinder 250 cc.
Tentu saja, hal ini tidak terlalu mencolok karena pasar, terutama di Indonesia, mengharapkan setiap sepeda motor 250 cc memiliki setidaknya dua silinder, dan jika memungkinkan, empat silinder.
Kami, sebagai rakyat Indonesia, percaya bahwa sepeda motor 250 cc harus memiliki perbedaan yang jelas dibandingkan dengan sepeda motor 150 cc ke bawah.
Kita harus mengakui bahwa sepeda motor 250 cc bisa dikatakan cukup besar, jadi selain menggunakan mesin satu silinder, sepeda motor ini masih menggunakan sistem pendinginan udara dan ditambah dengan pendingin minyak yang khas dari Suzuki.
Namun, desainnya masih terlihat sedikit tertinggal dalam hal teknologi dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya.
Meskipun ada beberapa kekurangan, pada kertas, sepeda motor ini sebenarnya memiliki mesin yang cukup bagus. Sepeda motor ini menggunakan mesin satu silinder SOHC dengan kapasitas 250 cc, dengan bore 76 mm dan stroke 54,9 mm.
Mesin ini mampu menghasilkan tenaga sebesar 26,5 PS pada 9000 RPM dan torsi sebesar 22,6 Newton meter pada 7500 RPM. Dengan spesifikasi ini, sepeda motor ini seharusnya memiliki torsi yang cukup kuat.
Namun, sayangnya, beberapa ulasan juga mengatakan bahwa mesin sepeda motor ini terdengar kasar pada kecepatan tinggi dan mengeluarkan suara mendesir seperti terlalu banyak udara masuk ke kotak filter.
Selain itu, banyak pengulas juga menyebut bahwa sepeda motor ini memiliki getaran yang cukup mengganggu pada footstep-nya. Meskipun begitu, sepeda motor ini masih layak.
Tentang desainnya, Suzuki tidak berani mengubah desainnya secara radikal, karena jika ada sepeda motor yang laku, desainnya akan tetap sama. Sepeda motor ini mirip dengan GSXR 150 dan tampaknya akan bertahan lama.
Lihat saja bentuk Satria F. Sejak awal, desainnya tetap sama. Ya, intinya adalah saya tidak begitu tertarik dengan sepeda motor ini dan akhirnya, dengan hasil yang cukup mengecewakan, Suzuki akhirnya merilis Suzuki GSX 250 dua silinder.
Akhirnya, setelah waktu yang cukup lama, Suzuki berhasil membuat sepeda motor dua silinder. Sebenarnya, membuat sepeda motor dua silinder bukanlah hal yang sulit bagi Suzuki, mengingat Suzuki adalah salah satu produsen yang berkompetisi di MotoGP dengan cukup baik.
Namun, entah mengapa membutuhkan waktu lama untuk membuat hanya dua silinder. Yang unik adalah bahwa Suzuki bekerja sama dengan produsen dari China yang disebut Haoyue.
Saya tidak tahu mengapa Suzuki bekerja sama dengan produsen asal China, padahal teknologi Suzuki sendiri seharusnya lebih mapan.
Mungkin ini dilakukan untuk mengurangi biaya R&D, namun tunggu sebentar, mengapa Suzuki menggunakan mesin dengan kode GW250? Ini adalah mesin Inazuma internal, yang tidak berarti tidak ada penelitian dan pengembangan yang lebih mendalam jika Anda menggunakan mesin Inazuma.
Jika dilihat dari output mesinnya, hanya ada sedikit perbedaan. GSX ini mampu menghasilkan daya sebesar 25 tenaga kuda pada 8.000 RPM dengan torsi maksimum sebesar 23,4 Nm pada 5.500 RPM, sementara Inazuma mampu menghasilkan daya sebesar 24 tenaga kuda pada 8.500 RPM dengan torsi 22 Newton meter pada 6.500 RPM.
Apakah peningkatan satu tenaga kuda dan satu setengah Newton meter memerlukan penelitian dan pengembangan selama bertahun-tahun? Sepertinya bagi Suzuki, hal ini tidak perlu.
Selain mesin, desain sepeda motor ini masih mirip dengan GSX50, meskipun dibandingkan dengan GSX R750, tampaknya lebih mirip, namun desain sebenarnya tergantung pada pandangan masing-masing.
Selain itu, setelah menunggu begitu lama, akhirnya muncul sepeda motor cross 250 cc dua silinder, namun sepeda motor ini masih menggunakan suspensi teleskopik di bagian depan, bukan suspensi Upside Down. Saya tidak bisa berhenti memikirkan apa yang terjadi di Suzuki.
Mengapa mereka terus merilis sepeda motor terlambat? Mengapa mereka masih menggunakan suspensi teleskopik? Seharusnya produsen terakhir menjadi pelengkap, seperti Honda CBR 250 RR, yang merupakan sepeda motor pelengkap yang tidak ada dalam Ninja 250 atau R25.
Dengan munculnya Suzuki 250 dua silinder, seharusnya bisa menjadi pelengkap bagi ketiga sepeda motor tersebut.
Ini dapat mengurangi biaya produksi dan harga jual, namun harga seharusnya bukan daya tarik utama di kelas sepeda motor ini, karena jika seseorang ingin membeli sepeda motor ini, setidaknya mereka sudah memiliki uang yang cukup dan penghasilan tetap.
Jika tidak bisa membeli secara tunai, Anda bisa mendapatkan kredit selama 5 tahun. Sayangnya, harapan Suzuki Mania hancur karena munculnya sepeda motor ini, yang sebenarnya bukan sepeda motor yang seharusnya menjadi pesaing utama di kelas 250 cc.
Harga sepeda motor ini sekitar 57 juta dengan sistem ABS, beberapa juta lebih murah dari pesaing-pesaingnya, namun sekali lagi, jika harganya sama dan menggunakan suspensi Upside Down, saya rasa pasar akan menerimanya.
Namun, sayangnya, Suzuki Mania adalah yang paling kecewa karena hingga edisi terbaru pada tahun 2023, sepeda motor ini tidak akan menggunakan suspensi Upside Down dan masih tetap menggunakan suspensi teleskopik.
Suzuki memang sedang menghadapi persaingan yang berat, terutama melawan Ninja 250, R25, dan CBR 250RR. Pertanyaannya adalah, apakah mereka benar-benar bisa bersaing dengan sepeda motor-sepeda motor tersebut?
Suzuki selalu takut dan tidak berani mengambil risiko untuk bersaing di kelas 250 cc dan mengalami krisis kepercayaan terhadap produknya sendiri.
Saya setuju dengan Suzuki Indonesia, karena mereka tahu bahwa sepeda motor 250 cc buatan Suzuki memang kurang menarik dan tidak akan mampu bersaing dengan pesaing-pesaingnya.
Menurut anak-anak motor saat ini, jika Suzuki sudah menjual ayam jago dan lele, mengapa harus membawa ikan lele lainnya? Memang benar, karena Suzuki tidak perlu mengambil risiko terlalu besar untuk menghadapi persaingan yang jelas akan kalah.
Saya sangat menghormati Suzuki Indonesia, karena mereka telah melihat kelebihan dan kekurangan produk mereka sendiri.
Suzuki Indonesia seharusnya tidak perlu membawa sepeda motor asing ke pasar Indonesia, karena mereka akan menjadi kurang kompetitif jika bisa merilis sepeda motor keren seperti di masa lalu, seperti Satria 2-tak, Suzuki Smash, dan lainnya. Suzuki pasti dapat mengangkat nama mereka lagi dengan inovasi-inovasi terbaik.
Suzuki GSX 2 Silinder, meskipun terlambat dalam merilis sepeda motor dua silinder, menjadi alternatif menarik di pasar sepeda motor sport.
Meskipun ada kekurangan dalam desain dan teknologi, sepeda motor ini memberikan pilihan yang berbeda untuk para pecinta sepeda motor. Suzuki seharusnya tetap mengembangkan inovasi untuk bersaing dengan pesaingnya dan mendapatkan tempat di hati para penggemar sepeda motor. Otoinfo